Definition List

Selamat Datang Di Blog MEDIA PENYULUHAN PERTANIAN >>>>>>>>>><<<<<<<<<< Kunjungi Juga Channel YouTube : PPL Sahabat Petani

Jumat, 13 Oktober 2017

Pelatihan Tematik Peternakan



PELATIHAN TEMATIK PETERNAKAN
BAGI NON APARATUR

Foto Bersama Peserta Pelatihan Tematik Peternakan Bagi Non Aparatur Angk. I, II, dan III dengan Kepala BBPP Kupang (Bapak Dr.Ir. Adang Warya, MM) didampingi oleh Kabag Umum BBPP Kupang (H. Muhammad Ukkas, S.Pi. M.Si), Kasie Pelatihan Aparatur (H. Muhammad Awaluddin, S.Pi, M.Si), Kepala DPKP Kab. Maros (Bapak Ir. H. Muh. Nurdin, M.Si) dan Kabid Peternakan (H. Musyawwar Achmad, S.Pt., M.Si)

Tahun 2017, Kementerian Pertanian melalui APBN-P mengalokasikan kegiatan dan anggaran untuk memperkuat perbenihan/perbibitan komoditas Tanaman Pangan (kedelai), Hortikultura, Perkebunan dan Peternakan (Sinkronisasi Akseptor IB atau peningkatan kinerja Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting / UPSUS SIWAB).

Dalam mendukung kegiatan tersebut, khusunya sektor Peternakan (mendukung Program UPSUS SIWAB) maka dilakukan Pelatihan Tematik Peternakan Bagi Non Aparatur yang diselenggarakan oleh Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Kupang bekerja sama dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kab. Maros Prov. Sulsel, sebanyak 5 angkatan (150 orang petani ternak).

 Arahan dari Kepala BBPP Kupang (Bapak Dr.Ir. Adang Warya, MM) pada kegiatan Pelatihan Tematik Angkatan I, II dan III di Aula Kantor DPKP Kab. Maros

Pelaksanaan Pelatihan Tematik Peternakan Bagi Non Aparatur :

  • Angkatan I di UPTD BPP Kec. Bantimurung tanggal 27 s/d 29 sep 2017 (peserta 30 orang petani ternak) 
  • Angkatan II di UPTD BPP Kec. Turikale tanggal 27 s/d 29 sep 2017 (peserta 30 orang petani ternak)
  • Angkatan III di UPTD BPP Kec. Simbang tanggal 27 s/d 29 sep 2017 (peserta 30 orang petani ternak) 
  • Angkatan IV di UPTD BPP Kec. Tanralili tanggal 30 sep s/d 2 okt 2017 (peserta 30 orang petani ternak)
  • Angkatan V di UPTD BPP Kec. Mandai tanggal 30 sep s/d 2 okt 2017  (peserta 30 orang petani ternak)
Pelatih / Fasilitator dan Narasumber yang menyampaikan materi pada kegiatan tersebut berasal dari :

  • DPKP Kab. Maros 
  • Tim Alumni TOT bagi Penyuluh/Petugas, Paramedik, Medik Veteriner. (Amirullah, S.Pt.; Mansyur, S.ST.; H. Alwi Lauseng, S.Pt.; Muksin. ; Hasbullah, S.Pt., M.Si. ; drh. Mutawadiah, M.Si.; Arham, SP. ; dan Nasriyanto, S.Pt.)


Materi diberikan dalam kelas dengan metode pendekatan orang dewasa (androgogi)

Dalam kegiatan Pelatihan Tematik tersebut, proporsi materi yang diberikan dalam bentuk Teori sebanyak 8 JP (@ 45 menit) dan Praktek sebanyak 16 JP. Sehingga nantinya peserta yang telah mengikuti Pelatihan diharapkan dapat menangani masalah-masalah yang dihadapi guna meningkatkan populasi ternak sapi, khususnya mendukung suksesnyaProgram UPSUS SIWAB.

Praktek Pembuatan Amoniasi Jerami sebagai Pakan Ternak

Biaya Pelatihan ini berasal dari DIPA APBN-P Balai Besar Pelatihan Peternakan Kupang NTT Tahun Anggaran 2017.


Dukung Progran UPSUS SIWAB


Penulis : Amirullah, S.Pt (PPL Kec. Simbang Kab. Maros)

Rabu, 24 Mei 2017

DISPLAY PAMERAN


 




LEAFLEAT BETERNAK ITIK


PENGAMATAN PADI



Pengamatan Padi
Oleh : Amirullah, S.Pt


Apa Pengamatan padi itu ?
Pengamatan padi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengamati pertumbuhan tanaman padi, sejak mulai tanam padi sampai dengan panen. 

Apa tujuan pengamatan padi itu ?

Pengamatan padi bertujuan untuk mengetahui perkembangan tanaman padi dan mengantisipasi hama dan penyakit yang menyerang padi sehingga dapat segera diatasi.

Apa saja yang perlu di amati ?

Pengamatan padi meliputi :
1. Pengamatan tinggi tanaman
2. Pengamatan jumlah anakan
3. Pengamatan keadaan air
4. Pengamatan warna daun dengan menggunakan Bagan Warna Daun (BWD) 


 5. Pengamatan musuh alami
6. Pengamatan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
7. Pengamatan pasca panen, meliputi :
    - Jumlah anakan produktif,
    - Panjang malai,
    - Jumlah butir setiap malai
    - Butir bernas setiap malai
    - Butir hampa setiap malai
    - Berat gabah setiap malai
    - Berat per-1000 butir gabah
    - Kadar air saat panen

Salam Pertanian...!!!
Amirullah, S.Pt (PP. Muda)
UPT-BPP DPKP Kec. Simbang, Kab. Maros, Sulawesi Selatan

SOSIALISASI PROGRAM UPSUS SIWAB TAHUN 2017

Sosialisasi Program Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (UPSUS SIWAB) Tahun 2017 yang dibuka langsung oleh Bapak Bupati Maros (Ir. H. M. Hatta Rahman, MM) pada tanggal 16 Mei 2017 di Kompleks Kantor Bupati Maros



BUDIDAYA KANGKUNG DARAT



Kangkung (Ipomoea sp.) dapat ditanam di dataran rendah dan dataran tinggi.. Kangkung merupakan jenis tanaman sayuran daun, termasuk kedalam famili Convolvulaceae. Daun kangkung panjang, berwarna hijau keputih-putihan merupakan sumber vitamin pro vitamin A. Berdasarkan tempat tumbuh, kangkung dibedakan menjadi dua macam yaitu: 1) Kangkung darat, hidup di tempat yang kering atau tegalan, dan 2) Kangkung air, hidup ditempat yang berair dan basah.
Petanian Organik adalah sebuah bentuk solusi baru guna menghadapi kebuntuan yang dihadapi petani sehubungan dengan maraknya intervensi barang-barang sintetis atas dunia pertanian sekarang ini. Dapat dilihat, mulai dari pupuk, insektisida, perangsang tumbuh, semuanya telah dibuat dari bahan-bahan yang disintesis dari senyawa-senyawa murni (biasanya un organik) di laboratorium. Pertanian organik dapat memberi perlindungan terhadap lingkungan dan konservasi sumber daya yang tidak dapat diperbaharui, memperbaiki kualitas hasil pertanian, menjaga pasokan produk pertanian sehingga harganya relatif stabil, serta memiliki orientasi dan memenuhi kebutuhan hidup ke arah permintaan pasar.

Teknologi Budidaya
1. Benih
Kangkung darat dapat diperbanyak dengan biji. Untuk luasan satu hektar diperlukan benih sekitar 10 kg. Varietas yang dianjurkan adalah varietas Sutra atau varietas lokal yang telah beradaptasi.
2. Persiapan Lahan
Lahan terlebih dahulu dicangkul sedalam 20-30 cm supaya gembur, setelah itu dibuat bedengan membujur dari Barat ke Timur agar mendapatkan cahaya penuh. Lebar bedengan sebaiknya adalah 100 cm, tinggi 30 cm dan panjang sesuai kondisi lahan. Jarak antar bedengan + 30 cm. Lahan yang asam (pH rendah) lakukan pengapuran dengan kapur kalsit atau dolomit.
3. Pemupukan
Bedengan diratakan, 3 hari sebelum tanam diberikan pupuk kandang (kotoran ayam) dengan dosis 20.000 kg/ha atau pupuk kompos organik hasil fermentasi (kotoran ayam yang telah difermentasi) dengan dosis 4 kg/m2. Sebagai starter ditambahkan pupuk anorganik 150 kg/ha Urea (15 gr/m2) pada umur 10 hari setelah tanam. Agar pemberian pupuk lebih merata, pupuk Urea diaduk dengan pupuk organik kemudian diberikan secara larikan disamping barisan tanaman, jika perlu tambahkan pupuk cair 3 liter/ha (0,3 ml/m2) pada umur 1 dan 2 minggu setelah tanam.
4. Penanaman
Biji kangkung darat ditanam di bedengan yang telah dipersiapkan. Buat lubang tanam dengan jarak 20 x 20 cm, tiap lubang tanamkan 2 - 5 biji kangkung. Sistem penanaman dilakukan secara zigzag atau system garitan (baris).
5. Pemeliharaan
Yang perlu diperhatikan adalah ketersediaan air, bila tidak turun hujan harus dilakukan
penyiraman. Hal lain adalah pengendalian gulma waktu tanaman masih muda dan menjaga tanaman dari serangan hama dan penyakit.
6. Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
Hama yang menyerang tanaman kangkung antara lain ulat grayak (Spodoptera litura F), kutu daun (Myzus persicae Sulz) dan Aphis gossypii. Sedangkan penyakit antara lain penyakit karat putih yang disebabkan oleh Albugo ipomoea reptans. Untuk pengendalian, gunakan jenis pestisida yang aman mudah terurai seperti pestisida biologi, pestisida nabati atau pestisida piretroid sintetik. Penggunaan pestisida tersebut harus dilakukan dengan benar baik pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval dan waktu aplikasinya.
7. Panen
Panen dilakukan setelah berumur + 30 hari setelah tanam, dengan cara mencabut tanaman sampai akarnya atau memotong pada bagian pangkal tanaman sekitar 2 cm di atas permukaan tanah.
8. Pasca Panen
Pasca panen terutama diarahkan untuk menjaga kesegaran kangkung, yaitu dengan cara menempatkan kangkung yang baru dipanen di tempat yang teduh atau merendamkan bagian akar dalam air dan pengiriman produk secepat mungkin.

Salam Pertanian...!!!
Amirullah, S.Pt (PP. Muda)
UPT-BPP DPKP Kec. Simbang, Kab. Maros, Sulawesi Selatan


MUDAHNYA MEMBUAT EM4 (DEKOMPOSER) SENDIRI

Sebagai starter mikroorganisme pada proses dekomposer EM4 menjadi begitu penting dalam dunia pertanian organik. Jika kita harus membeli EM4 tersebut harganya lumayan mahal, padahal ada berbagai cara untuk membuat EM4 sendiri dengan harga bahan baku yang sangat murah. Salah satu caranya adalah sebagai berikut:

BAHAN:
  1. Pepaya matang atau kulitnya 0,5 kg
  2. Pisang matang atau kulitnya 0,5 kg
  3. Nanas matang atau kulitnya 0,5 kg
  4. Kacang panjang segar 0,25 kg
  5. Kangkung air segar 0,25 kg
  6. Batang pisang muda bagian dalam 1,5 kg
  7. Gula pasir 1 kg
  8. Air tuak dari nira / Air kelapa 0,5 liter
CARA PEMBUATAN:
  1. Pepaya, pisang, nanas, kacang panjang, kangkung dan batang pisang muda dihancurkan hingga ukuran menjadi agak halus. Buah harus yang sudah matang atau dapat juga digunakan kulit buah yang tidak dimakan.
  2. Setelah dihancurkan, campuran bahan tersebut dimasukkan dalam ember.
  3. Campurkan gula pasir dan tuak/air kelapa dalam ember tadi dan aduk hingga rata.
  4. Wadah ditutup rapat dan disimpan selama 7 hari
  5. Setelah 7 hari larutan yang dihasilkan dikumpulkan secara bertahap setiap hari hingga habis.
  6. Larutan tersebut disaring dan dimasukkan kedalam wadah yang tertutup rapat. Larutan tersebut adalah EM4 yang siap digunakan dan dapat bertahan hingga 6 bulan.
  7. Ampas dari hasil penyaringan larutan bisa digunakan sebagai pupuk kompos.

Salam Pertanian....!!!
Amirullah, S.Pt (PP. Muda)
UPT-BPP DPKP Kec. Simbang, Kab. Maros, Sulawesi Selatan

RINGKASAN MATERI PAKET TEKNOLOGI PADI SAWAH

Persiapan Lahan : 

Pengolahan tanah secara sempurna
Sebarkan bahan organik dan benamkan gulma : efisiensi penggunaan pupuk organik sekitar 30 %
Bajak menggunakan traktor, ternak, atau cangkul
Setelah lahan digenangi dan tanah lunak, jadikan melumpur
Ratakan lahan
Gali saluran di pinggir untuk drainase

Seleksi benih :

Buat larutan garam dengan perbandingan air : 5 liter + garam : 600 gram
Uji larutan dengan telur fertil sampai melayang / terapung
Masukkan benih ke dalam larutan, kemudian diaduk
Benih yang melayang / terapung dibuang
Benih yang bernas (tenggelam) dicuci, kemudian masukkan ke dalam karung
Rendam benih selam sehari semalam
Tiriskan benih dalam tempat lembab
Benih siap disemaikan

Persemaian :

Buat bedengan persemaian dengan lebar 1 – 1,5 m panjang disesuaikan dengan lahan
Untuk luas tanam 1000 m2 diperlukan luas persemaian 40-50 m2, benih 2-2,5 kg
Campurkan setiap meter persegi bedengan dengan 2 kg bahan organik seperti kompos, pupuk kandang, pupuk daun, dan abu untuk memudahkan pencabutan bibit
Sebarkan bibit padi merata ke semua bedengan
Lokasi persemaian dengan dengan sumber air dan memiliki drainase yang baik
Lindungi bibit dari serangan hama

Tanam :

Tanam bibit umur muda : < 17 hari
Jumlah bibit 1-3 batang/lubang, kedalaman 1-2 cm, dengan sistem jajar legowo 2, 4, atau 6
Gunakan jarak tanam minimal 20 x 20 cm

Pemupukan (rekomendasi umum) : 

dosis pupuk tiap luas 1 Ha
Pupuk Dasar : sebelum / saat tanam
Pupuk organik : 1000 – 2000 kg
Pupuk Phonska : 150 kg
Susulan I : 20 hari setelah tanam
Pupuk Phonska : 150 kg
Pupuk Urea : 50 kg
Susulan II : 35 hari setelah tanam
Pupuk Urea : 50 kg
Untuk Pemupukan Spesifik Lokasi gunakan BWD dan Piranti Lunak Pemupukan Padi Sawah Spesifik Lokasi PuPS versi 1.1

Pengairan :

Lakukan pergiliran air berselang 4 hari basah 3 hari kering dari fase tanam sampai fase anakan maksimal (50 hari setelah tanam)
Mulai fase pembentukan malai sampai pengisian biji, petakan sawah digenangi terus (50-85 hari setelah tanam)
10 – 15 hari sebelum panen, sawah dikeringkan

Penyiangan :

Gulma dikendalikan mulai dengan pengolahan tanah, mengatur air dipetakan sawah, menggunakan pupuk kompos
Pengendalian dengan cara mekanis seperti gosrok dan tangan sangat dianjurkan
Menggunakan herbisida apabila intensitas gulma sudah tinggi

Pengendalian Hama Penyakit :

PHT
Pengamatan / monitoring populasi hama dan kerusakan tanaman secara rutin
Pengendalian hama dan penyakit memperhitungkan faktor ekologi

Penanganan Panen dan Pasca Panen :

Panen tepat waktu, jangan terlalu muda tapi juga jangan terlalu tua
Potong padi dengan sabit bergerigi
Perontokan dengan threser dialasi terpal
Gabah dibersihkan, lalu jemur dengan alas terpal sampai kering
Kemas gabah dengan karung, simpan di dalam gudang yang bebas hama serta sirkulasi udara yang baik.
Salam Pertanian!!
Amirullah. S.Pt (Penyuluh Pertanian Muda)
UPT-BPP DPKP Kec. Simbang, Kab. Maros, Sulawesi Selatan

Selasa, 23 Mei 2017

POSTER ANTHRAKS


LEAFLEAT BETERNAK AYAM KAMPUNG


LEAFLEAT PENGGEMUKAN SAPI


POSTER METODE PERKIRAAN BERAT BADAN SAPI


POSTER PENDUGAAN UMUR SAPI


CARA MEMBUAT SILASE JERAMI




CARA MEMBUAT SILASE JERAMI


Oleh : Amirullah, S.Pt

Apa silase jerami itu ?

Silase adalah pakan yang telah diawetkan yang di proses dari bahan baku yang berupa  tanaman hijauan, limbah industri pertanian, serta bahan pakan alami lainya, dengan jumlah kadar / kandungan air pada tingkat tertentu kemudian di masukan dalam sebuah tempat yang tertutup rapat kedap udara, yang biasa disebut dengan “Silo”, selama kurang lebih tiga minggu.
Di dalam silo tersebut  tersebut akan terjadi beberapa tahap proses anaerob (proses tanpa udara/oksigen), dimana “bakteri asam laktat akan mengkonsumsi zat gula yang terdapat pada bahan baku, sehingga terjadilah  proses fermentasi. Silase yang terbentuk karena proses fermentasi ini dapat di simpan untuk jangka waktu yang lama tanpa banyak mengurangi kandungan nutrisi dari bahan bakunya.

Apa silo itu ? 
Silo adalah tempat untuk membuat silase yang berbentuk menara diatas tanah atau lubang di bawah tanah (Wahid, 2010). Menurut http://foragri.blogsome.com (2012), Yang disebut silo, bisa berupa bangunan permanen berupa tembok, beton, besi, seng atau bahan lain. Namun silo bisa hanya berupa lubang yang diberi alas plastik. Silo permanen biasanya digunakan untuk menyimpan bahan pangan. Misalnya gabah, jagung, gandum, kedelai dll.
  
Apa bahan baku Silase itu ?
Bahan baku silase merupakan pemanfaatan sumber daya pertanian tanaman pangan dalam bentuk limbah sebagai sumber pakan ternak merupakan langkah effisiensi mengatasi kekurangan produksi rumput. (http://improvekertas.blogspot.com, 2012).
Menurut Wahid (2010) silase biasanya digunakan untuk menyimpan rumput segar yang produksinya berlebihan agar kualitasnya tetap baik. Namur tidak menutup kemungkinan bahwa jerami padi yang masih hijau segar yang diperoleh langsung setelah panen dapat diawetkan dengan cara silase. Walaupun hasil silase jerami segar tidak dapat meningkatkan kandungan protein ataupun daya cernanya, tetapi kualitas jerami hasil silase sama baiknya dengan jerami segar yang pasti lebih baik dari jerami kering.
Menurut http://foragri.blogsome.com (2012), Bahan silase terbaik adalah rumput gajah/raja (Penisetum purpureum) dan  rumput benggala (Pinicum maximum)  hasil budidaya. Bahan terbaik lain adalah batang jagung (tebon) muda, atau tebon hasil budidaya baby/sweetcorn. Sebab tebon babycorn/sweetcorn, daunnya masih hijau dan batangnya juga masih sangat lunak.  Rumput liar yang heterogen pun, sebenarnya bisa pula dijadiken silase. Demikian pula halnya dengan jerami padi, batang/daun kacang tanah dan ubi jalar. Di Lampung, kulit singkong dan nanas pun dijadikan silase untuk pakan sapi. Di Malaysia, pelepah dan daun sawit tua juga dicacah dan dijadikan silase. Hingga sebenarnya, bahan untuk dijadikan silase sangat beragam. Tergantung kejelian kita dalam menemukan dan memanfaatkan limbah pertanian tersebut. 
Apa tujuan pembuatan silase jerami itu ?
Pembuatan silase bisa dipraktekkan dengan tujuan dan manfaat:
1.    Untuk mensiasati persediaan makanan ternak pada musim kemarau,
2.    Untuk menampung kelebihan Hijauan Makanan Ternak pada musim penghujan agar bisa dimanfaatkan secara optimal,
3.    Untuk mendayagunakan limbah hasil ikutan daru pertanian /perkebunan seperti jerami padi /jagung,
4.    Nilai gisi silase setara dengan hijauan dan bahkan bisa lebih dengan adanya bahan tambahan,
5.    Disukai oleh ternak dan nilai kecernaannyan meningkat, dan
6.    Ketersediaannya tidak dipengaruhi oleh musim.
Manurut Jajo (2008), tujuan utama pembuatan silase adalah untuk mengawetkan dan mengurangi kehilangan zat makanan suatu hijauan untuk dimanfaatkan pada masa mendatang. Dijelaskan lebih lanjut bawa silase dibuat jika produksi hijauan dalam jumlah yang banyak atau pada fase pertumbuhan hijauan dengan kandungan zat makanan optimum. Dibandingkan pengawetan dengan pembuatan hay, pembuatan silase lebih mempunyai keunggulan karena kuarng tergantung pada kondisi cuaca harian.
Bagaimana prinsip pembuatan silase ?
Prinsip dasar pembuatan silase memacu terjadinya kondisi anaerob dan asam dalam waktu singkat. Ada 3 hal paling penting agar diperoleh kondisi tersebut yaitu menghilangkan udara dengan cepat, menghasilkan asam laktat yang membantu menurunkan pH, mencegah masuknya oksigen kedalam silo dan menghambat pertumbuhan jamur selama penyimpanan.
Fermentasi silase dimulai saat oksigen telah habis digunakan oleh sel tanaman. Bakteri menggunakan karbohidrat mudah larut untuk menghasilkan asam laktat dalam menurunkan pH silase. Tanaman di lapangan mempunyai pH yang bervariasi antara 5 dan 6, setelah difermenatsi turun menjadi 3.6- 4.5. Penurunan pH yang cepat membatasi pemecahan protein dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme anaerob merugikan seperti enterobacteria dan clostridia. Produksi asam laktat yang berlanjut akan menurunkan pH yang dapat menghambat pertumbuhan semua bakteri (Jajo, 2008).
Bagaimana cara membuat silase jerami ? 
Bahan :
Silase jerami sebanyak 30 kg,
EM-4 sebanyak 20 ml (2 tutup botol),
bekatul sebanyak 3 kg (10% dari 30 kg jerami),
molasses sebanyak 500 ml,
air secukupnya.
            Alat : 
timbangan berdiri untuk menimbang jerami, 
timbangan duduk untuk menimbang bekatul, 
ember untuk mencampur molasses dan EM4 serta air, 
drum plastik untuk silo, katup sebagai pengunci tutup drum.

Cara membuat :
1.        Menimbang semua bahan yaitu jerami padi sebanyak 30 kg, bekatul 3 kg, dan menakar molasses sebanyak 500 ml dan EM-4 sebanyak 20 ml
2.        Menghamparkan jerami di atas lantai yang bersih. 
3.        Mencampur EM-4 dan molasses, kemudian memercikkan pada jerami secara merata.  
4.        Menaburkan bekatul pada jerami secara merata.  
5.        Menambahkan air jika tingkat kebasahan campuran kurang dan belum merata.  
6.        Mengaduk/mencampur semua bahan secara merata dengan membolak-balikkan jerami.  
7.        Memasukkan hasil campuran kedalam drum (silo) sedikit demi sedikit, sambil di padatkan (di injak-injak), agar udara yang ada dalam drum dapat dikurangi atau dihilangkan sama sekali. 
8.        Setelah semua bahan campuran di masukkan, maka silo di tutup dengan katup serapat mungkin, agar tidak ada udara yang masuk dan proses ensilase (pembuatan silase) secara an-aerob berjalan dengan baik.




9.        Melakukan fermentasi selama 1 minggu.
10.    Setelah 1 minggu, membuka silo dan mengeluarkan hasil silase jerami padi kemudian diangin-anginkan sebelum diberikan kepada ternak.


Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi  kualitas silase jerami ?
Kualitas dan nilai nutrisi silase dipengaruhi sejumlah faktor seperti spesies tanaman yang dibuat silase, fase pertumbuhan dan kandungan bahan kering saat panen, mikroorganisme yang terlibat dalam proses dan penggunaan bahan tambahan (additive) (Jajo, 2008).
Apa Ciri-ciri silase yang baik itu ?
Silase dapat berkualitas baik bila proses pembuatan dilakukan secara tepat dan benar. Ciri-ciri silase yang baik adalah : berbau harum agak kemanis-manisan, tidak berjamur, tidak menggumpal, berwarna kehijau-hijauan, pH berkisar antara 4 sampai 4,5.

Reference :



Jajo. 2008. Prinsip Dasar Pembuatan Silase