STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMBUATAN BIOSAKA
Menteri Pertanian (SYL) membuat BIOSAKA bersama Pak Ansar (penggagas Biosaka)
didampingi oleh Dirjen Tanaman Pangan (Suwandi)
A.
ALAT DAN BAHAN
1.
Persiapan Alat:
a. wadah (baskom/ember),
b. gayung
c. saringan
d. corong
e. gunting
f. botol/jerigen untuk wadah Biosaka
2. Persiapan Bahan:
a.
Rumput-rumputan/daun-daunan yang sehat, sempurna, ukuran daun simetris,
tidak terkena hama/penyakit, tidak bolong-bolong, tidak jamuran, ujung
daun tidak kusam
dan warna daun rata. Ambil agak ke pucuk/daun masih
hijau, boleh diambil
2-4 daun dengan
batangnya.
b. Jangan ambil rumput
yang berduri agar tidak melukai tangan waktu meremas.
c.
Rumput-rumputan/daun-daunan yang
juga bagus adalah yang tumbuh di tempat ekstrim, tumbuh di pinggir
jalan kering dan berbatu, di dinding/di tembok,
pegunungan berbatu, di tanah PH rendah/masam, di lahan rawa dan air
genangan sepanjang tahun, tanaman
buah/pohon tumbuh di pinggir jalan dan selalu berbuah saat musim buah tanpa di pupuk, tanaman tumbuh di kadar garam
tinggi, dan atau tanaman tumbuh
sehat sempurna padahal tanaman lain di sekitar terserang hama, penyakit, jamur, dan lainnya.
d.
Memulai dengan berdoa dan memilih rumput/daun minimal 5 jenis dari rumput/daun sekitar pertanaman, jenis dan warna rumput/daun bebas, tidak harus standar/seragam
karena setiap waktu dan tempat bisa berbeda-beda, memotong rumput/daun bisa menggunakan tangan
manual atau gunting.
e. Banyaknya satu genggaman tangan
untuk 1 wadah dalam satu kali pembuatan, 5% bahan dan 95% air atau sekitar 2,5 ons bahan rumput/daun dalam 5 liter air.
B. PROSES PEMBUATAN:
1. Meremas didahului
berdoa dan dilakukan dengan sabar, ikhlas, sepenuh hati dan fokus.
2.
Campurkan bahan dengan air bersih
sebanyak 2-5 liter dalam wadah yang sudah disiapkan (tanpa
campuran bahan apa pun).
3.
Lakukan peremesan dengan tangan
kanan, sementara tangan
kiri memegang pangkal
bahan. Sekali meremas diikuti sekali memutar/mengaduk air ke kiri.
Tangan kanan bergerak memutar
air ke kiri (berlawanan arah jarum jam) sambil mengumpulkan bahan yang tercecer
sambil tetap meremas.
4.
Diremas sampai selesai, tidak
berhenti, tidak sampai hancur batangnya, tangan tidak boleh diangkat, tangan tetap di dalam air dan tidak berganti
orang. Lebih efektif pada saat
meremas bahan Biosaka dilakukan secara bersama-sama dengan kelompok dari pada membuat sendiri-sendiri.
5. Meremas rumput tidak
boleh menggunakan blender, mesin, ditumbuk tetapi harus menggunakan tangan, karena
ada interaksi antara tangan dengan
rumput sebagai
makhluk
hidup, sebagaimana halnya membuat cincau. Sehingga Biosaka tidak bisa dibuat pabrikan dan diperjualbelikan, karena
semua petani bisa membuat sendiri.
6.
Peremasan dilakukan sampai ramuan homogen (sebenarnya hingga koheren/harmoni), disebut
homogen karena menyatu
antara air dengan saripati rumput/daun. Untuk larutan mencapai homogen
perlu waktu kisaran
10-20 menit.
7.
Ciri-ciri visual bahwa Biosaka
disebut homogen: tidak mengendap, merata homogenitas
dalam botol mulai dari bagian atas, tengah dan bawah; tidak timbul gas, tidak ada butiran, bibir permukaan
membentuk pola cincin, ramuan Biosaka terlihat
pekat dan mengkilap, diterawang tidak bening, bisa berwarna
hijau/biru/merah sesuai dengan warna
rumput/daun yang digunakan. Bagi Biosaka homogen yang sempurna bisa disimpan hingga
5 tahun.
8.
Kepekatan ramuan Biosaka dapat
diukur dengan menggunakan alat Total Disolved Solid (TDS),
harganya murah dapat dibeli di toko maupun online.
Mengukur dengan TDS, pada saat
sebelum dan setelah diremas, peningkatannya/deltanya, minimal 200 ppm, sebaiknya di atas 300 ppm dan untuk
menjadi homogen sempurna di atas 500 ppm.
Ukuran TDS ini bukan satu-satunya
cara untuk mengukur Biosaka homogen, tetapi
hanya alat bantu saja. Masih banyak alat ukur yang lain, seperti dilihat visual ‘niteni’
atau metode kinesiologi atau metode lainnya.
9.
Selanjutnya ramuan Biosaka disaring
menggunakan alat saringan dan dimasukan ke dalam
botol/jerigen menggunakan corong.
10.
Ramuan Biosaka bisa langsung
diaplikasikan dan sisanya dapat disimpan. Wadah ramuan Biosaka disimpan
di tempat yang aman dan jauh dari jangkauan anak-anak.
C. APLIKASI PENYEMPROTAN
1. Alat semprot
harus bersih dari kandungan sisa pestisida, fungisida dan herbisida.
2.
Dosis penyemprotan untuk padi dan
jagung 40ml/tanki semprot (kapasitas tanki 15-16 liter). Untuk aneka kacang dan umbi 30ml/tanki dan hortikultura
10ml/tanki. Untuk satu hektar lahan sekali aplikasi
cukup 2-4 tanki sprayer.
3.
Untuk padi dan jagung, aplikasi
pertama pada umur 7-10 HST dan dilanjutkan 7 kali semusim dengan interval penyemprotan 10-14 hari dan untuk sayuran
seminggu sekali.
4.
Penyemprotan dilakukan dengan nozzle kabut
di atas pertanaman, minimal 1 meter di atas tanaman,
posisi nozzle menghadap ke atas, tidak boleh diulang-ulang. Bila penyemprotan tidak tepat (daun basah kena Biosaka, dosis berlebih) sehingga
berdampak daun menguning/menggulung atau lainnya, maka hari berikutnya dilakukan penyemprotan
kembali dengan cara yang benar dan sesuai dosis anjuran, sehingga daun menjadi pulih
dalam waktu 24 jam.
5.
Waktu penyemprotan bisa pagi/siang/sore dan sebaiknya pada sore hari saat ada angin sehingga mudah menyemprot ngabut,
perhatikan cuaca dan arah menyemprot mengikuti arah mata angin.
6.
Penyemprotan cukup dari atas pematang dengan stik/gagang semprot
dapat diperpanjang hingga
2-3 meter.
7.
Aplikasi Biosaka efektif bila
dibuat dan diaplikasikan di lokasi hamparan insitu dari bahan rumput/daun di sekitar. Jarak
efektif aplikasi maksimal 20 km dan untuk lahan yang sudah berat/tidak sehat harus lebih dekat lagi. Biosaka tidak efektif diaplikasikan/dikirim antara wilayah karena berbasis pengenalan agroekosistem.
8.
Cara memilih rumput, meremas,
menyemprot dan testimoni hasilnya dapat dipelajari dari Youtube ProPaktani dengan materi Biosaka,
dan youtube-youtube semisal
dengan ciri-ciri ada Pak Anshar,
Prof Robert Manurung, dan lain-lain.
9.
D. INFORMASI TAMBAHAN TENTANG
BIO-SAKA
1.
Biosaka adalah Bio:
hayati/tumbuhan, SAKA
singkatan: selamatkan alam kembali ke alam, temuan/invention petani pak Muhamad Ansar di Blitar yang
sudah tercatat di Kemenhumkam Nomor 000399067.
2.
Manfaat ramuan Biosaka: biaya nol
rupiah/gratis petani membuat sendiri, tidak ada risiko kerugian bagi petani dan tanaman, tidak beracun, menghemat biaya pupuk kimia
sintetis 50-70% dari biasanya dan pestisida kimiawi, sehingga petani
biasanya pakai pupuk Rp3 juta/ ha/musim
(hemat pupuk 50-70%
dari biasanya) dengan menggunakan Biosaka cukup Rp0,3 - 1,5 juta/ha/musim.
Biosaka ini juga meminimalisir/mengurangi serangan hama penyakit, lahan
menjadi subur, umur panen lebih pendek, produktivitas dan produksi lebih
bagus.
3.
Pada awalnya Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar, penyuluh dan petani tidak
percaya terhadap manfaat
Biosaka, dikira Air Ponari atau jampi-jampi dan hanya coba-
coba oleh beberapa petani. Ternyata hasil produksinya bagus. Kadistan
Blitar perlu waktu 14 bulan untuk
percaya Biosaka setelah melihat/mengamati sendiri di beberapa lokasi
petani dan melakukan uji coba bersama
petani pada padi mengikuti proses
mulai tanam hingga panen menggunakan aplikasi Biosaka.
4.
Penggunaan Biosaka di Blitar mulai
2019 dan saat ini sudah lebih dari 12.000 Ha di 22 kecamatan dan sudah diterapkan sekitar
di 50 Kabupaten/Kota. Sudah dilakukan
demplot uji coba di Kab Blora, Sragen, Klaten, Grobogan, Karawang
(Jatisari), dan lainnya. Di lokasi
uji coba demplot standing
crop padi, jagung dan kedelai dengan menggunakan Biosaka hasil panen lebih bagus dibandingkan tanpa
Biosaka, produksi lebih tinggi dengan hemat 50% pupuk kimia. Keragaan
fisik batang, daun, pertumbuhannya berbeda
dari tanaman biasanya,
lebih bagus dan lebih besar, demplot terus dilaksanakan berkelanjutan di
berbagai kabupaten di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa.
5.
Hasil uji lab pada ramuan Biosaka
menunjukkan kandungan hara makro-mikro rendah
sehingga disimpulkan bahwa Biosaka bukan pupuk. Memang kita semua juga tahu dari dulu bahwa rumput bukan pupuk, bukan
menggantikan pupuk, bukan variasi pupuk, bukan jenis makanan tanaman,
bukan memperbaiki pupuk,
tetapi Biosaka memperbaiki tanaman dan ekosistem. Mari kita ilmuan riset memperhatikan bahwa Biosaka memperbaiki tanaman, sel-sel tanaman,
memperbaiki lahan dan ekosistemnya, menjadikan harmoni.
6.
Hasil uji lab pada ramuan Biosaka
menunjukkan adanya kandungan hormon, jamur dan bakteri
yang tinggi, mengandung PGPR, ZPT, MoL dan sejenisnya. Mari kita ilmuan riset alur dan proses memproduksi ini,
kita buktikan Biosaka itu "produsen hormon, fungi/jamur, bakteri" ini, bahkan ilmu lebih mendalam lagi,
Biosaka itu disebut elisitor sebagai
signaling bagus untuk pertumbuhan dan berproduksi. Hasil uji Lab Liquid Chromatography-Mass Spectrometry (LCMS) mengandung ester dan terpenoid (bermanfaat mengendalikan hama dan penyakit asal bakteri).
7.
Menurut Prof Robert Manurung
dari ITB: Biosaka
ini disebut elisitor dari ilmu epigenetic, sudah banyak riset, jurnal-jurnal elisitor,
dan sudah dilakukan kajian lanjut. Beberapa mahasiswa sedang melakukan penelitian dan terbuka luas bagi kampus,
dosen, mahasiswa, praktisi,
peneliti untuk mengkaji lebih mendalam sehingga menambah referensi keilmuan dan agar menjadi
bagian sehari-hari dalam diskusi ilmiah
di kampus. Silahkan untuk riset ke Blitar yang sudah
mengembangkan Biosaka seluas 12.000 hektar
di 22 kecamatan dan sudah mempraktekkan Biosaka selama 1-3 tahun untuk komoditas pangan, hortikultura,
perkebunan. Dua peneliti ITB sudah
tiga minggu meneliti di Blitar.
8.
Bicara soal Biosaka, hati-hati
membandingkan tanaman dengan manusia. Kalau manusia
perlu asupan makanan, tetapi tanaman melakukannya dengan fotosintesis. Biosaka bukan suplemen vitamin untuk
manusia, tapi Biosaka memperbaiki tanaman, ekosistem.
Jadi tanaman tidak harus pakai pupuk kimiawi secara berlebihan. Pupuk itu bukan segalanya, hara tidak akan habis
di alam, ada proses simbiosis dan ekosistem berjalan, gunakan
pupuk dengan hemat
dan bijak. Bukti/contoh bahwa unsur hara yang dibutuhkan tanaman tidak hanya
berasal dari pupuk
kimia sintentis: (a) Tanaman hutan
belantara itu tumbuh dan berbuah
tanpa dipupuk, tanpa dirawat karena
ada proses hara
dan proses alami yang sudah steady state di hutan, (b) Budidaya padi organik
selama puluhan tahun mengandalkan
bahan-bahan/hara alami dan bisa menghasilkan panen bagus, (c) Fakta lain rumput, gulma, termasuk rumput yang
berbatang dan berbunga, dibabat
berkali-kali tetap tumbuh dan subur. (d) Pohon rambutan, pisang, kelapa dan lainnya
di pekarangan, tetap tumbuh dan berbuah tanpa dipupuk mengandalkan bahan- bahan alami.
9.
Mungkin ilmu kita yang terbatas,
kita ketinggalan, sementara fakta manfaat Biosaka di lapangan sudah terbukti nyata. Apakah fenomena tersebut
merupakan bagian misteri dari aliran
transmisi kinetis yang harus kita jawab secara ilmu, apakah rumput adalah nenek moyang tanaman dan populasinya
terbanyak di bumi. Cara meremas rumput dengan
tangan berbeda hasilnya bila dengan menggunakan mesin/blender, sehingga ramuan menjadi homogen, koheren, harmoni
(sementara ukuran koheren dan harmoni sudah diketahui
dari kinesiologi). Cara penyemprotan Biosaka
dengan ngabut ke udara berdampak langsung pada daun dalam waktu
sangat cepat 15 detik dan turun ke akar sehingga
sel-sel akar semula lemah menjadi aktif dan cerdas. Ini secara kinesiologi terukur,
tapi mari kita sebagai ilmuwan bersama-sama menjawabnya.
10. Dari
pada berdebat dengan pendekatah ilmu masing masing dan beranggapan bahwa hara akan habis bila pupuk kimiawi
sintetis dikurangi, lahan terdegradasi jika tidak dipupuk, tidak masuk akal di lahan tandus dengan Biosaka bisa
tumbuh dengan baik, sementara kita belum pernah mengukur neraca biomasa, belum pernah melihat
sendiri bahwa Biosaka di
tanah kapur bisa berhasil dibanding tanpa Biosaka. Dari pada
berdebat bahwa rumput sehat sempurna itu dianggap gulma tidak
bermanfaat, bahwa disemprot ngabut ke udara tidak masuk akal, sementara
pemahaman kita masih terbatas
terhadap ilmu elisitor, ilmu epigenetic, kinesiologi, transmisi energi, neraca biomasa
dan lain lain.
11. Mari
kita bareng meneliti fenomena Biosaka dengan
pendekatan ilmu di luar uji lab hara, hormon,
jamur, bakteri, LCMS, PCR dan sejenisnya, karena sudah banyak
dilakukan. Kalau pun tetap dilakukan uji lab tersebut, cukup untuk level
skripsi S1 atau hanya sebagai uji
pendukung dari riset mendalam lainnya. Kita tidak hanya fokus dengan uji metode Kimia Newton dan biologi
dasar, tapi mari kita menggunakan ilmu epigenetic,
elisitor, signaling, kinesiologi, transmisi energi, neraca biomasa,
ekosistem dan lain-lain. Justru kami
senang bila ada metode lain di luar metode tersebut untuk memperkaya keilmuan.
12. Ini mungkin
misteri, menjadi ilmu baru yang akan terus berkembang dan bermanfaat ke depan, mari kita tidak mengira-ngira, berandai-andai, mari mencoba Biosaka,
praktekkan, amati, diteliti mendalam, dan sebagian akan bisa menjawab
dalam bentuk praktek-praktek SDG's
dan dalam rangka mewujudkan cita-cita luhur bahwa tanah NUSANTARA menjadi LAND OF HARMONY dan
Indonesia lumbung pangan dunia FEED THE WORLD maksimal 2045. Lebih cepat akan lebih baik, kuncinya kembangkan teknologi. Salam VIVA Nusantara, VIVA Republik Indonesia. (Blitar, 06/01/2023).
E. LAMPIRAN
1. PENGGUNAAN BIOSAKA UNTUK TANAMAN PADI
PENYEM- PROTAN |
UMUR TANAMAN |
DOSIS BIOSAKA |
KETERANGAN |
I |
8 HST |
40 ml |
Penyemprotan kabut, tidak
boleh basah |
II |
15 HST |
40 ml |
|
III |
22 HST |
40 ml |
|
IV |
32 HST |
40 ml |
|
V |
42 HST |
40 ml |
|
VI |
52 HST |
40 ml |
Untuk penambahan isi dapat ditambahkan pupuk hayati (50ml) atau
Biosaka yang terbuat dari 2-4 buah
pisang+air kelapa dan dibuat
dengan proses Biosaka |
VII |
62 HST |
40 ml |
*Dosis untuk setiap sprayer
16 liter, minimal
untuk lahan 150 ru/2100m2
PESEMAIAN PADI
PEMU- PUKAN |
UMUR TANAMAN |
DOSIS BIOSAKA |
I |
Perendaman Benih |
10 ml |
II |
2 hari sebelum tanam |
20 ml |
*satu tangki sprayer isi 16 liter
minimal untuk lahan
150 ru/2100m2
2. PENGGUNAAN BIOSAKA UNTUK TANAMAN JAGUNG & SORGUM
PENYEM- PROTAN |
UMUR TANAMAN |
DOSIS BIOSAKA |
KETERANGAN |
I |
8 HST |
40 ml |
Penyemprotan kabut, tidak
boleh basah |
II |
18 HST |
40 ml |
|
III |
28 HST |
40 ml |
|
IV |
38 HST |
40 ml |
|
V |
48 HST |
40 ml |
|
VI |
58 HST |
40 ml |
Untuk penambahan isi dapat ditambahkan pupuk hayati (50ml) atau
Biosaka yang terbuat dari 2-4 buah
pisang+air kelapa dan dibuat
dengan proses Biosaka |
VII |
68 HST |
40 ml |
*Dosis untuk setiap sprayer
16 liter, minimal
untuk lahan 150 ru/2100m2
3. PENGGUNAAN BIOSAKA UNTUK KEDELAI DAN ANEKA KACANG
PENYEM- PROTAN |
UMUR TANAMAN |
DOSIS BIOSAKA |
KETERANGAN |
I |
8 HST |
30 ml |
Penyemprotan kabut,
tidak boleh basah |
II |
18 HST |
30 ml |
|
III |
28 HST |
30 ml |
|
IV |
38 HST |
30 ml |
|
V |
48 HST |
30 ml |
|
VI |
58 HST |
30 ml |
Untuk penambahan isi dapat ditambahkan pupuk hayati (50ml) atau Biosaka yang terbuat dari 2-4 buah pisang+air kelapa dan dibuat dengan
proses Biosaka |
VII |
68 HST |
30 ml |
*Dosis untuk setiap sprayer
16 liter, minimal
untuk lahan 150 ru/2100m2
4. PENGGUNAAN BIOSAKA UNTUK UBI JALAR DAN PORANG
PENYEM- PROTAN |
UMUR TANAMAN |
DOSIS BIOSAKA |
KETERANGAN |
I |
8 HST |
15 ml |
Penyemprotan kabut,
tidak boleh basah |
II |
18 HST |
15 ml |
|
III |
28 HST |
15 ml |
|
IV |
38 HST |
15 ml |
|
V |
48 HST |
15 ml |
|
VI |
58 HST |
15 ml |
Untuk penambahan isi dapat ditambahkan pupuk hayati (50ml) atau Biosaka yang terbuat dari 2-4 buah pisang+air kelapa dan dibuat dengan
proses Biosaka |
VII |
68 HST |
15 ml |
*Dosis untuk setiap sprayer
16 liter, minimal
untuk lahan 150 ru/2100m2
5. PENGGUNAAN BIOSAKA UNTUK UBI KAYU (SINGKONG)
PENYEM- PROTAN |
UMUR TANAMAN |
DOSIS BIOSAKA |
KETERANGAN |
I |
30 HST |
30 ml |
Penyemprotan kabut,
tidak boleh basah |
II |
60 HST |
30 ml |
|
III |
90 HST |
30 ml |
|
IV |
120 HST |
30 ml |
|
V |
150 HST |
30 ml |
|
VI |
180 HST |
50 ml |
Untuk penambahan isi dapat ditambahkan pupuk hayati (50ml) atau Biosaka yang terbuat dari 2-4 buah pisang+air kelapa dan dibuat dengan
proses Biosaka |
VII |
210 HST |
50 ml |
|
VIII |
240 HST |
50 ml |
|
IX |
270 HST |
50 ml |
*Dosis untuk setiap
sprayer 16 liter,
minimal untuk lahan 150 ru/2100m2
* Setelah usia 5 bulan,
boleh disemprot ke tanah disekitar
pangkal batang dengan dosis 50ml biosaka+2 sendok MKP/tangki
6. PENGGUNAAN
BIOSAKA UNTUK SAYURAN
5-10 ml Biosaka dicampur dengan air sampai dengan 16 liter (1 tangki sprayer), penyemprotan dengan pengkabutan tidak boleh basah.
*Dosis untuk setiap sprayer 16 liter,
minimal untuk lahan 150 ru/2100m2
7. PENGGUNAAN
BIOSAKA UNTUK BAWANG
MERAH
PENYEM-
PROTAN |
UMUR TANAMAN |
DOSIS BIOSAKA |
KETERANGAN |
I |
5 HST |
10 ml |
Penyemprotan kabut,
tidak boleh basah |
II |
10 HST |
15 ml |
|
III |
15 HST |
15 ml |
|
IV |
20 HST |
20 ml |
|
V |
25 HST |
20 ml |
|
VI |
30 HST |
25 ml |
|
VII |
35 HST |
25 ml |
Untuk penambahan isi dapat ditambahkan pupuk hayati (50ml) atau Biosaka yang terbuat dari 2-4 buah pisang+air kelapa dan dibuat dengan
proses Biosaka |
VIII |
40 HST |
25 ml |
|
IX |
45 HST |
25 ml |
|
X |
50 HST |
25 ml |
|
XI |
55 HST |
25 ml |
|
XII |
60 HST |
25 ml |
|
XIII |
65 HST |
25 ml |
*Dosis untuk setiap
sprayer 16 liter,
minimal untuk lahan 150 ru/2100m2
** Perendaman benih gunakan biosaka
sebanyak 10 ml
Sumber : Dirjen Tanaman Pangan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar